Solopos.com, BANYUWANGI — Ekosistem di dunia digital saat ini tidak sehat di mana konten-konten receh dan hoaks justru mendapatkan kue bisnis yang lebih baik dibandingkan karya jurnalisme yang patuh pada kode etik.
Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) bertekad mengembalikan kondisi itu ke jalur yang benar, di mana konten berkualitas menjadi rujukan publik dan mendapatkan revenue yang setimpal. Salah satu yang dilakukan adalah menyelenggarakan uji kompetensi wartawan (UKW) bekerja sama dengan Solopos Institute di Banyuwangi, Jawa Timur, Jumat-Sabtu (5-6/11/2021).
“Acara hari ini adalah bagian dari upaya AMSI untuk menyehatkan ekosistem di dunia digital. Sebenarnya ada beberapa upaya lain handycap besar di atasnya yang turunannya nyambung dengan acara hari ini yakni UKW. Upaya besar di atasnya itu adalah membuat sistem yang baik, bukan hanya medianya tapi juga wartawannya,” ujar Ketua AMSI Wenseslaus Manggut saat memberikan sambutan secara daring dalam pembukaan UKW di Banyuwangi, Jumat (6/11/2021).
Ia menyatakan ekosistem di dunia digital yang terjadi saat ini butuh pembenahan menyeluruh, khususnya di internal industri media. Sebab, disrupsi di dunia digital membuat kue bisnis tidak hanya diperebutkan oleh perusahaan media tapi juga bertarung dengan Google, influenzer dan aneka platform digital lainnya.
“Perusahaan media saat ini hanya menguasai 15-20 persen dari kue bisnis. Padahal kita memancing di ladang yang sama. Yang bekerja bener, mengutamakan kualitas konten justru revenuenya dikit. Sedangkan yang bikin konten receh dan hanya mengandalkan klikbait justru mendapat kue yang lebih besar,” katanya.
Kondisi ini, ujar dia, tidak bisa dibiarkan lama karena menjadikan iklim tidak sehat bagi publik dan demokrasi. Ia lantas merujuk pada apa yang terjadi di sejumlah negara maju tentang fenomena media digital ini beberapa tahun silam. Ia menyebutkan, Jerman, Prancis dan Australia sudah berhasil membuat rumusan regulasi yang lebih adil bagi perusahaan pers dan demokrasi.
“Kita mau merujuk pada regulasi di negara mana? Saya kira kita lebih dekat dengan regulasi di Australia yaitu formulasi menyehatkan demokrasi. Supaya industri seperti kita tidak ikut terseret, tapi jadi rujukan publik untuk bertindak dan bersikap. Bukan yang hoaks dan receh,” tandasnya.
Untuk keperluan itu, Wenseslaus menyebut AMSI sudah bertemu dengan Menko Polhukam Mahfud Md. Menurutnya, respons pemerintah sangat bagus. “Kami sudah bertemu dengan Pak Mahfud, responsnya sangat bagus. Nanti jadinya akan seperti apa, yang pasti intinya kita ingin ekosistem ini kembali sehat. Kita ingin memulangkan jurnalisme ke jalan yang benar, membikin konten original,” katanya.
Ketua AMSI Jawa Timur, Arief Rahman, menyatakan UKW yang digelar bersama Solopos Institute menjadi titik tumpu pengelolaan SDM khususnya di bidang redaksi agar lebih profesional. “Kerja sehari-hari kerja redaksi harus membantu manajemen untuk mendapatkan kue bisnis,” katanya.
Bupati Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani berterima kasih kepada Solopos karena menyelenggarakan UKW di wilayah yang dipimpinnya.
“Kami senang dikunjungi, setiap tempat di Banyuwangi adalah destinasi. Kantor-kantor pemerintahan juga jadi destinasi, bukan hanya lihat pantai dan gunung saja. Jadi saya pengin teman-teman bukan hanya UKW tapi juga jalan-jalan di Banyuwangi,” katanya (Abu Nadhif)
Sumber: https://www.solopos.com/ketua-amsi-ekosistem-dunia-digital-harus-disehatkan-1188618?utm_source=terkini_desktop