Kebudayaan beragam yang dimiliki Indonesia menjadi identitas tersendiri.
Solopos.com, SOLO—Ada beragam definisi budaya dalam kehidupan kita. Dari berbagai definisi tersebut, pada dasarnya kebudayaan adalah sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan.
Budaya ini meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia dalam kehidupan sehari-hari sehingga kebudayaan itu bersifat abstrak.
Perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku serta benda-benda yang bersifat nyata, contohnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain. Semuanya ditujukan membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.
Konsep kebudayaan Indonesia mengacu kepada nilai-nilai yang dipahami, dianut, dan dipedomani bersama bangsa Indonesia. Bertitik tolak dari pemahaman tersebut, konsep kebudayaan Indonesia dibangun para pendahulu kita.
Guru besar antropologi Universitas Indonesia (UI), Junus Melalatoa, menulis nilai-nilai inilah yang kemudian dianggap sebagai nilai luhur, sebagai acuan pembangunan Indonesia. Nilai-nilai itu seperti adalah ketakwaan, keimanan, kebenaran, ketertiban, kesetiakawanan, harmoni, kerukunan, kedisiplinan, harga diri, tenggang rasa, ramah-tamah, ikhtiar, dan lainnya.
Nilai-nilai itu ada dalam semua etnik yang ada di Indonesia. Nilai-nilai tersebut dianggap sebagai puncak-puncak kebudayaan daerah, sebagaimana sifat/ciri khas kebudayaan Indonesia.
Kondisi dan letak geografis Indonesia turut memengaruhi budaya lokal sehingga menjadikan Indonesia memiliki keanekaragaman budaya maupun suku bangsa. Budaya daerah menjadi cerminan penduduknya dalam beradaptasi terhadap keadaan geografis wilayah yang mereka tinggali.
Cara beradaptasi tersebut beberapa di antaranya terlihat dari mata pencaharian, cara berpakaian, pola perumahan, dan nilai religiositas penduduk setempat.
Penduduk yang mendiami suatu pulau di Indonesia dipisahkan daratan dan lautan. Pemisah tersebut menyebabkan suku/sekelompok suku yang mendiami suatu wilayah mengembangkan budaya lokal untuk mempertahankan kehidupan mereka.
Terbuka
Kondisi kepulauan Indonesia menyebabkan munculnya budaya lokal untuk mempertahankan kehidupan hidup. Kadang isolasi geografis terjadi. Isolasi geografis menyebabkan penduduk yang menempati suatu pulau atau wilayah tertentu memiliki kebudayaan khas. Kenyataan tersebut menjadi salah satu penyebab budaya lokal yang berkembang di Indonesia sangat beragam.
Indonesia terletak di jalur persimpangan dunia, salah satunya Benua Asia di sebelah selatan. Kondisi tersebut menyebabkan Indonesia memperoleh banyak pengaruh dari luar.
Realitanya Indonesia adalah negara yang terbuka terhadap pengaruh luar. Terbukti dari besarnya pengaruh dari budaya Arab, Tiongkok, Eropa, dan India.
Daerah pesisir lebih cepat mengalami pembaruan budaya dari pengaruh bangsa asing dibandingkan daerah pedalaman. Bentuk-bentuk bangunan, seperti candi, masjid, dan benteng merupakan bukti pengaruh luar dalam membentuk keanekaragaman budaya. Kontak antar kebudayaan yang berlangsung sejak lama di Indonesia mendorong terjadinya akultrasi. Akulturasi menyebabkan perubahan pada kebudayaan yang dipengaruhinya. Ada unsur-unsur kebudayaan yang masih bertahan, ada pula unsur kebudayaan yang mengalami penyesuaian.
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), suku bangsa adalah kelompok etnik dan budaya masyarakat yang terbentuk secara turun-temurun. Identitas dan atribut kesukuan suatu kelompok masyarakat akan diwariskan kepada generasi berikutnya.
Identitas dan atribut kesukuan tersebut merupakan bagian dari keragaman sistem budaya masyarakat. Berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS) pada sensus penduduk 2010, Indonesia mempunyai lebih dari 1.300 suku bangsa. Selain suku bangsa yang beragam, ukuran populasi setiap suku bangsa bervariasi.
Sejarah mencatat nenek moyang bangsa Indonesia adalah para imigran yang datang secara bertahap ke Indonesia Bangsa pertama yang bermigrasi ke Indonesia adalah bangsa Melanesia/Papua Melanosoid yang disusul kedatangan Bangsa melayu.
Kedatangan Bangsa Melayu dibagi menjadi dua tahap. Tahap pertama berasal dari daerah Yunan di Cina Selatan yang tergolong sebagai Bangsa Proto Melayu (Melayu Tua) dan tahap kedua dilakukan Deutro Melayu (Melayu Muda). Pada mulanya, Proto Melayu menempati pantai-pantai di Sumatera Utara, Kalimantan Barat, dan Sulawesi Barat.
Lama-kelamaan kedudukan Bangsa Proto Melayu terdesak Bangsa Deutro Melayu sehingga Bangsa Proto Melayu menyebar ke Indonesia bagian timur. Selanjutnya, Bangsa Proto melayu menjadi nenek moyang Suku Toraja, Sasak, Dayak Nias, Batak, dan Kabu.
Kedatangan nenek moyang bangsa Indonesia membawa perubahan penting terhadap budaya penduduk asli. Nenek Moyang Indonesia akhirnya menetap dan mengenalkan kebudayaan mereka kepada penduduk asli. Reaksi yang diberikan penduduk beragam, ada yang menolak, ada juga yang menerima.
Oleh karena itu, suku-suku di Indonesia memiliki keragaman fisik dan budaya yang hampir dapat dibedakan dari satu suku dengan suku lain. Pada periode berikutnya, wilayah Indonesia di persilangan jalur perdagangan internasional menjadi tempat persinggahan para pedagang asing.
Beberapa di antaranya berasal dari bangsa India, Arab, Belanda, dan Tiongkok. Masih menurut BPS, suku bangsa adalah kelompok etnik dan budaya masyarakat yang terbentuk secara turun-temurun. Identitas dan atribut kesukuan suatu kelompok masyarakat akan diwariskan kepada generasi berikutnya. Identitas dan atribut kesukuan tersebut merupakan bagian dari keragaman sistem budaya masyarakat.
Suku Baduy (urang kanekes/orang Baduy), misalnya, merupakan bagian dari etnis Sunda. Populasi mereka sekitar 26.000 orang. Ada dua golongan suku Baduy, yaitu Baduy Dalam dan Baduy Luar. Dua golongan ini berbeda dalam hal menjalankan aturan adat (pikukuh). Suku Baduy Luar cenderung lebih terbuka pada pembaharuan lingkungan sekitar. Sementara, suku Baduy dalam memilih mengisolasi diri mereka dari dunia luar.
Suku Asmat berbeda lagi. Populasi Suku Asmat terbagi dua, yaitu mereka yang tinggal di pesisir pantai dan mereka yang tinggal di bagian pedalaman.
Kedua populasi ini saling berbeda satu sama lain dalam hal dialek, cara hidup, struktur sosial, dan ritual. Khusus populasi Suku Asmat di pesisir pantai, terbagi ke dalam dua bagian, yakni suku Bisman di antara sungai Sinesty dan Sungai Nin, serta suku Simai.
Identitas
Penduduk Asmat pada umumnya memiliki ciri fisik yang khas, berkulit hitam, dan berambut keriting. Postur tubuh mereka cukup tinggi. Rata-rata tinggi badan orang Asmat wanita sekitar 162 cm sementara tinggi badan laki-laki mencapai 172 cm.
Satu hal yang patut ditiru dari pola hidup penduduk asli suku Asmat adalah mereka merasa bagian dari alam. Oleh karena itulah mereka sangat menghormati dan menjaga alam sekitarnya. Bahkan, pohon di sekitar tempat hidup mereka dianggap menjadi gambaran dirinya. Batang pohon menggambarkan tangan mereka, buah menggambarkan kepala, dan akar menggambarkan kaki mereka.
Setelah suku bangsa, keberagaman juga bisa dilihat dari wujud kebudayaan masyarakat Indonesia, misalnya seni sastra atau seni musik. Dalam bidang sastra, Indonesia mempunyai berbagai bahasa daerah sebagai alat komunikasi. Seni sastra mencakup cerita atau dongeng rakyat.
Keberagaman budaya menjadi identitas yang berharga untuk bangsa Indonesia. Oleh sebab itu, kita sebagai masyarakat harus menghargai dan melestarikan budaya bangsa supaya tidak luntur dan dapat diwariskan lagi untuk generasi mendatang.
Di era teknologi ini, budaya asing semakin mudah masuk Tanah Air. Dengan banyak budaya asing yang masuk, sebaiknya kita menjadikan budaya sendiri sebagai identitas diri. Menjadi peluang untuk memperkenalkan budaya Indonesia.
Meski budaya asing dinilai lebih modern dan lebih gaul, budaya Indonesia juga tidak kalah bagus. Jika budaya asing begitu-begitu saja, maka budaya Indonesia justru banyak ragamnya. Jangan sampai asal memilih sehingga menghilangkan budaya sendiri. Kita boleh mempelajari budaya asing, namun harus dengan cermat. Mengambil sisi positif yang bisa mengembangkan diri kita, tanpa menghilangkan jati diri kebudayaan sendiri.
Danaryudi
Penulis adaha guru di SMAN 1 Cawas.
Sumber:https://www.solopos.com/beragam-budaya-beragam-identitas-1266850?utm_source=terkini_desktop