Desa Ngrombo merupakan desa yang terletak di Kecamatan Plupuh, Kabupaten Sragen. Ngrombo merupakan singkatan dari frase dalam bahasa Jawa, yakni ara-ara amba. Dalam bahasa Indonesia, ara-ara amba berarti tanah yang luas.
Menurut warga setempat, ada cerita tentang asal-usul Desa Ngrombo yang disampaikan secara turun-temurun. Desa ini konon berawal dari keberadaan sebuah pohon beringin yang terletak di tengah perempatan jalan desa yang kelak dinamai Ngrombo. Di titik itulah masyarakat sering berkumpul dan melakukan ritual.
Pada zaman dahulu, warga Ngrombo biasa meletakkan sajen di bawah rindangnya pohon beringin tersebut. Seperti halnya di banyak daerah di Indonesia, masyarakat biasa meletakkan sajen di tempat yang dianggap keramat dan mempunyai nilai magis yang tinggi. Pohon beringin yang besar adalah salah satu jenis tempat yang umum dikeramatkan.
Pemberian sajen sudah lama dipraktikkan oleh masyarakat di berbagai pulau di Indonesia dan menjadi bagian dari berbagai ritual. Menurut Koentjaraningrat, sajen meliputi perbuatanperbuatan upacara yang biasanya diterangkan sebagai perbuatan untuk menyajikan makanan, benda, dewa, roh-roh nenek moyang, atau mahluk halus lainnya.
Selama ratusan tahun, warga Ngrombo menyiapkan sajen yang berisi telur dan uang, lalu meletakkannya di dekat pohon beringin. Namun, warga Ngrombo tidak melakukan ritual khusus seperti upacara tertentu. Mereka hanya meletakkan sajen yang berisi telur dan uang di dekat pohon beringin.
Apa yang dilakukan warga Ngrombo dimaksudkan untuk menghormati jasa para pendahulu mereka. Seiring perkembangan zaman dan pendidikan yang kian membaik, kebiasaan meletakkan sajen di pohon beringin tersebut perlahan menghilang.
Selain tradisi meletakkan sajen di bawah pohon beringin, ada pula ritual lain yang dilakukan di sebuah tempat yang dikeramatkan. Tempat itu adalah sumur tua di Desa Ngrombo yang dipercaya sudah ada sejak masa penjajahan Belanda.
Sumur tua tersebut terletak di tepi kawasan persawahan Ngrombo. Dahulu, warga Ngrombo kerap melakukan acara dekahan atau sedekah desa di dekat sumur tua itu. Pelaksanaan sedekah desah melibatkan hampir seluruh unsure masyarakat, mulai dari ketua rukun tetangga, tokoh masyarakat, pemudapemudi, hingga anak-anak.
Sebelum tradisi sedekah desa dimulai, warga Ngrombo menyiapkan makanan yang diperlukan dalam penyelenggaraan ritual itu. Setiap keluarga membawa makanan untuk dibawa dalam acara sedekah desa. Ada pun makanan yang bisa disiapkan antara lain tumpeng (nasi kerucut), ayam panggang, ingkung, nasi putih, dan jajanan kecil khas daerah.
Setelah semua persiapan selesai, warga Ngrombo membawa makanan-makanan tersebut ke dekat sumur tua. Di sana, warga melakukan doa bersama yang dipimpin oleh seorang pemuka agama atau sesepuh desa. Setelah berdoa bersama, sedekah desa diserahkan kembali kepada warga yang membuatnya.
Nasi Tumpeng
Nasi tumpeng dan jajanan khas daerah yang sudah didoakan oleh sesepuh kampung atau pemuka agama itu kemudian dimakan secara beramai-ramai oleh warga. Sebagian makanan itu juga dibawa pulang untuk dimakan beserta keluarga di rumah masing-masing.
Seiring berjalannya waktu, tradisi sedekah desa kini tak lagi dilakukan di dekat sumur tua tersebut. Tradisi itu dipindahkan ke rumah ketua RT masing-masing.
Sama seperti tradisi meletakkan sajen di bawah pohon beringin, ritual sedekah desa yang dilakukan di sumur tua dilakukan warga untuk menghargai jasa pendahulu mereka dalam melawan penjajah dan bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa.
Sedekah desa di Ngrombo sudah menjadi tradisi tahunan selama puluhan tahun dan masih bertahan hingga kini. Selain sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan, tradisi ini sekaligus menjadi ajang untuk memanjatkan doa agar warga diberi keselamatan dan kesehatan.
Selain menjadi lokasi sedekah desa, sumur tua tersebut juga menjadi tempat warga Ngrombo melakukan ritual lainnya. Ritual itu adalah mengelilingi sumur tua sebanyak tiga kali bagi pengantin. Tradisi mengelilingi sumur tua itu menjadi bagian dari ritual pernikahan warga setempat.
Menurut warga, ritual mengelilingi sumur tua sebanyak tiga kali itu bertujuan agar pasangan pengantin tersebut merasa betah dan nyaman tinggal di Desa Ngrombo. Sama seperti kebiasaan meletakkan sajen di bawah pohon beringin, ritual mengelilingi sumur tua itu kini sudah hilang. Meski beberapa ritual sudah tidak lagi muncul, warga Ngrombo masih memegang tradisi yang sudah ada sejak zaman dahulu. Salah satu buktinya adalah masih dipertahankannya tradisi sedekah desa setiap panen raya hingga saat ini.
Tradisi sedekah desa sudah menjadi aset budaya bagi warga Ngrombo. Sedekah desa menjadi kearifan local yang terus dilakukan warga meski tidak ada intervensi dari pemerintah desa atau daerah.
Tradisi-tradisi yang dilakukan oleh masyarakat Desa Ngrombo juga berperan dalam pembangunan masyarakat dan budaya setempat. Dalam dimensi sosial, tradisi-tradisi lama itu mampu mempererat hubungan antargenerasi dan mewujudkan kebersamaan antarwarga selama puluhan tahun.
Sedangkan dalam dimensi budaya, upaya warga melestarikan tradisi warisan nenek moyang mereka juga memperkaya khazanah budaya lokal. Warga setempat juga berupaya mendidik generasi penerus mereka untuk mencintai budaya sendiri.
M. ZAKI HAQIBILLAH
SMP N 1 Kalijambe