Setiap anak dilahirkan dalam kondisi cerdas. Tidak ada anak yang bodoh.
Bisa juga sebuah rapor yang bahkan tidak ada nilai C sama sekali. Seorang anak yang mampu menguasai semua mata pelajaran dengan baik serta selalu mendapat nilai yang memuaskan dan membanggakan di kelas, bahkan menjadi juara di setiap event.
Padahal, sebenarnya, kecerdasan adalah kemampuan belajar dari pengalaman dan ilmu untuk beradaptasi serta menyesuaikan diri dengan lingkungan. Jadi semua anak terlahir cerdas dan memiliki potensi yang kadang tidak sama, tergantung seperti apa orang tua mereka mampu membaca, membantu, mengembangkan, dan mengarahkan potensi dalam diri anak.
Kecerdasan bukan hanya soal prestasi akademis, tapi lebih menekankan pada kemampuan memecahkan masalah atau solusi alternatif terhadap persoalan dalam kehidupan. Dengan kecerdasan dan kelebihan serta potensi dalam diri anak–anak, para orang tua seharusnya lebih peka serta mampu untik mengembangkan pontensi dalam diri anak sejak dini.
Beberapa di antaranya adalah dengan memberikan wawasan yang luas, membiarkan anak mencoba dan menentukan pilihannya, memberikan stimulus, mengamati tingkah laku anak, serta memberi anak ruang eksplorasi. Kita harus peka terhadap bakat maupun minat anak sehingga dapat mengembangkan bakat dan minat itu secara maksimal.
Di sinilah peran orang tua sangat diperlukan. Sangat penting bagi anak tumbuh menjadi anak yang menakjubkan dan cerdas, sesuai bakatnya masing–masing.
Howard Gardner dan Elisabeth Hobbs, pakar psikologi dari Amerika Serikat, membagi kecerdasan menjadi sembilan (multiple intelligences), yaitu kecerdasan musikal, naturalis, linguistik, interpersonal, intrapersonal, visual spasial, logika matematika, kinestetik, dan kecerdasan moral. Menurut teori neurosains modern, sangat memungkinkan untuk mengembangkan seluruh zona kecerdasan secara seimbang.
Teori perkembangan menyatakan bahwa anak usia 0 sampai dengan 6 tahun memiliki potensi yang luar biasa menakjubkan karena pada usia ini perkembangan otak mencapai 80% sedangkan pada usia 7 sampai dengan 18 tahun otak hanya berkembang 20% dan 18 tahun ke atas otak manusia tidak berkembang lagi. Saya akan menguraikan beberapa kecerdasan itu sesuai penjelasan yang diberikan para ahli.
Pertama, kecerdasan musikal. Kecerdasan musikal adalah kemampuan untuk menikmati, mengamati, membedakan, mengarang, membentuk, dan mengekspresikan bentuk-bentuk musik. Setiap anak yang memiliki kecerdasan tersebut memiliki ciri ciri yaitu dapat memainkan alat musik dan bernyanyi dengan menyesuaikan nada tinggi maupun rendah.
Stimulus yang Tepat
Kedua adalah kecerdasan naturalis. Anak yang memiliki kecerdasan tersebut biasanya mampu berbicara lebih tentang fenomena alam dan menangkap persepsi sensor melalui seluruh panca inderanya. Cara memberi stimulus apakah anak tersebut memiliki kecerdasan naturalis, misalnya, dengan mengajaknya berkebun, pergi ke kebun binatang atau taman wisata, dan melakukan kegiatan menggambar dengan tema alam sekitar.
Ketiga kecerdasan linguistik. Anak yang memiliki kecerdasan di bidang linguistik memiliki minat dan bakat terhadap bacaan. Mereka menyukai aktivitas membuka buku. Jika distimulasi dengan baik, mereka akan mampu menggunakan bahasa untuk berkomunikasi sesuai dengan apa yang diinginkannya, termasuk untuk memengaruhi orang lain (retoris), menggunakan bahasa untuk mengingat informasi (mnemonik) bahkan menggunakan bahasa untuk membahasnya sendiri.
Keempat adalah kecerdasan interpersonal. Menurut Safarina, kecerdasan interpersonal atau kecerdasan sosial adalah sebuah kemampuan dan keterampilan seseorang untuk menciptakan hubungan sosial sehingga kedua belah pihak yang berada dalam situasi itu benar-benar saling menguntungkan satu sama lain. Sedangkan kecerdasan intrapersonal adalah kemampuan seorang anak dalam memahami dirinya sendiri. Anak yang memiliki kecerdasan intrapersonal memiliki karakteristik, di antaranya tidak menemui kesulitan dan tidak mudah bosan jika harus bermain sendiri tanpa teman.
Apakah si kecil memiliki beberapapa sifat tersebut? Jika “iya”, berikan stimulus yang tepat agar kecerdasan tersebut mampu ia kembangkan dengan baik. Salah satunya dengan mendorong anak untuk mengekspresikan emosi yang ia rasakan.
Pernahkah Anda menemui suatu moment bahwa si kecil hobi menggambar? Selamat! Kemungkinan dia memiliki kecerdasan visual yang baik. Anda sebagai orang tua harus mampu mengembangkan potensi anak tersebut.
Kecerdasan visual bisa dibilang langka atau tidak banyak orang yang memilikinya. Keistimewaan dari kecerdasan ini terletak pada kemampuan berpikir, memahami, dan menerjemahkan pikiran atau imajinasi ke dalam bentuk visual/ gambar.
Selanjutnya adalah kecerdasan logika matematika atau kecerdasan logis. Biasanya anak yang memiliki kecerdasan logika matematika mampu menggunakan angka dengan baik, melakukan penalaran dengan benar, mengolah alur pikiran yang panjang, dan mencerna pola-pola logis atau numeris dengan benar. Apabila para orang tua mengembangkan bakat dan kecerdasan logika matematika, anak–anak akan terjun ke dunia para ilmuwan, akuntan, dan pemrogram komputer karena mereka sangat ahli dalam hal logika matematika.
Celengan Unik
Pembahasan kita berikutnya adalah tentang kecerdasan kinestetik. Kecerdasan kinestetik adalah kemampuan untuk menggabungkan antara fisik dan pikiran sehingga menghasilkan gerakan yan sempurna (May, Lwin). Misalnya, seorang penari yang mampu memadukan antara pikiran dan gerakan yang apik sehingga mampu mencapai tujuan, yaitu menciptakan gerakan–gerakan yang apik dan luwes saat dinikmati.
Inilah yang disebut kecerdasn kinestetik. Kecerdasan kinestetik perlu dikembangkan karena dapat meningkatkan psikomotor, keterampilan, percaya diri, kreatif, dan kesehatan pada anak.
Jenis kecerdasan yang terakhir, menurut Howard Gardner dan Elisabeth Hobbs, adalah kecerdasan moral. Kecerdasan ini adalah kemampuan untuk memahami tuntutan beradab dan berperilaku di masyarakat serta norma sosial. Menurut Coles, konsep kecerdasan moral lebih tepat untuk memberikan pemahaman yang jelas tentang sejauh mana kapasitas anak berpikir, merasakan, dan berperilaku secara norma moral atau solid character.
Nah, kesimpulannya adalah kecerdasan mempunyai arti yang beragam. Sebagai orang tua yang bijak, sebaiknya kita memahami kelebihan dan potensi dalam diri anak kita serta mampu mengembangkan potensi–potensi yang ada, atau tidak hanya fokus pada kemampuan akademik anak.
Belum tentu anak dengan kemampuan akademik tidak bagus adalah anak yang tak cerdas. Jangan mendiskriminasikan dan memandang rendah mereka.
Perhatikan pula kecerdasan nonakademik mereka karena setiap anak adalah celengan unik. Mereka terlahir cerdas dengan versi masing-masing.
Orang tua yang cerdas dan bijak tidak hanya menilai dan mempunyai kesimpulan sempit bahwa kecerdasan anak hanya diukur dari akademik yang baik. Anak mempunyai kecerdasan yang beragam yang apabila kita kembangkan potensi mereka, mereka akan bisa sukses pada masa yang akan datang berbekal kecerdasan–kecerdasan unik dalam diri mereka masing-masing.
AINUN YUNI HIDAYATI
Penulis adalah guru di SMAN Kerjo
Sumber:https://www.solopos.com/kenapa-tidak-ada-anak-yang-bodoh-1241972?utm_source=bacajuga_desktop