Pendidikan karakter menjadi tanggung jawab orang tua dan guru, terlebih saat pembelajaran jarak jauh (PJJ). Salah satunya pembentukan karakter peduli pada orang lain.
Solopos.com, SOLO—Pembelajaran jarak jauh (PJJ) bertujuan memberikan hak siswa dalam pembelajaran meski pandemi Covid-19 masih berlangsung. Aktivitas dan tugas pembelajaran dapat bervariasi antarpeserta didik karena menyesuaikan minat, bakat, dan kondisi masing-masing. Namun, perbedaan ini ternyata juga terkait dengan kesenjangan fasilitas belajar di rumah.
Walaupun sekolah menerapkan pembelajaran dalam jaringan (daring), bukan berarti guru hanya memberikan tugas kepada peserta didik. Sebaliknya, guru juga ikut berinteraksi dan berkomunikasi, membantu peserta didik dalam mengerjakan tugas-tugas yang telah diberikan.
Guru tetap perlu berinteraksi dan berkomunikasi dengan siswanya meskipun tidak dari dalam ruang kelas. Model pembelajaran seperti ini tentu berdampak terhadap guru, siswa, dan orang tua di mana pun.
Jika sebelumnya ada banyak sekolah yang sudah menggunakan teknologi dalam pembelajaran, saat pandemi Covid-19 ini, semua sekolah dipaksa menerapkan teknologi dalam proses belajar-mengajar. Padahal teknologi tidak sepenuhnya dapat membantu proses belajar dari jarak jauh.
Ada banyak kendala yang dihadapi siswa dalam menggunakan teknologi. Salah satunya, yang tidak dapat dijangkau teknologi, adalah pendidikan karakter. Tentu ini bukan tanggung jawab guru saja, melainkan keluarga dan juga masyarakat.
Setiap anggota keluarga, terutama yang lebih dewasa, harus dapat mengajarkan sikap spiritual, sosial, pengetahuan, maupun keterampilan di rumah. Rumah hendaknya bisa menjadi tempat bagi peserta didik memperoleh sikap spiritual, sosial, pengetahuan, dan keterampilan untuk kehidupan yang penuh makna di masa mendatang. Sikap spiritual dan sosial inilah yang akan membentuk karakter peserta didik.
Karakter adalah sifat batin yang memengaruhi segenap pikiran, perilaku, budi pekerti, dan tabiat yang dimiliki manusia. Pendidikan karakter tidak selalu harus mengandalkan ruang-ruang kelas, melalui guru yang secara resmi mengajar di sekolah. Sebaliknya karakter ini juga bisa diperoleh dari keluarga di rumah serta serta dari lingkungan sekitarnya. Pendidikan karakter bertujuan mewujudkan generasi bangsa yang cerdas, baik, dan memiliki akhlak mulia serta kepribadian Indonesia.
Orang Tua Menjadi Contoh
Pendidikan karakter dimulai dari orang tua kepada anak-anaknya dan dimulai dari keluarga sendiri. Pendidikan dari orang tua merupakan pendidikan yang paling pertama didapatkan seorang anak sebelum mereka mendapatkan pendidikan dari luar, seperti sekolah.
Orang tua sebagai guru pertama anak-anak harus memberikan pengajaran tentang larangan perbuatan-perbuatan yang tidak sesuai dengan ajaran agama. Di samping itu juga prinsip-prinsip dasar terkait agama, sosial, dan ilmu pengetahuan yang nantinya membentuk karakter anak.
Pendidikan karakter melalui sekolah jarak jauh, di saat peserta didik sedang belajar dari rumah, dapat tetap diawasi dan dikontrol para guru. Salah satunya dengan memberikan lembar kontrol karakter.
Ada banyak karakter positif yang dapat dikembangkan oleh guru sesuai kompetensi inti dari kurikulum 2013, seperti memiliki sifat religius, jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, toleransi, gotong royong, santun, percaya diri, dan lain-lain.
Guru dapat mengembangkan lembar kontrol untuk diberikan kepada peserta didik maupun orang tua. Lembar kontrol tersebut dinilai guru. Setelahnya guru memberikan umpan balik. Guru menguatkan karakter yang sudah baik dan mengubah karakter yang tidak sesuai.
Guru dapat pula memberikan penghargaan kepada siswa yang berprestasi, setidaknya dengan mengucapkan selamat di grup proses belajar-mengajar. Guru juga bisa memberikan hukuman kepada peserta didik melalui jalur pribadi agar nama baik murid tersebut tetap terjaga dan anak tidak merasa direndahkan di depan teman-temannya.
Jadi, peserta didik berhak mendapat penghargaan jika mengerjakan tugas tepat waktu dan sebaliknya mendapat hukuman jika terlambat mengerjakan tugas sebagai bentuk penanaman karakter disiplin. Ketika ada kabar seorang peserta didik tidak dapat mengerjakan tugas karena tidak memiliki kuota Internet atau hal lainnya, guru dapat mengajak teman-teman kelasnya membantu sebagai bentuk penanaman karakter empati dan peduli.
Guru harus selalu mengontrol setiap kata yang ditulis oleh peserta didik di dalam grup pembelajaran sebagai bentuk penanaman karakter sopan dan santun dalam berucap dan bertanggung jawab atas semua ucapan dan perbuatan peserta didik. Keberhasilan pendidikan karakter mengisyaratkan pembelajaran tidak serta merta dilihat dari perspektif ranah kognitif, melainkan keseimbangan antara ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik yang muaranya adalah mewujudkan manusia seutuhnya.
Kondisi pandemi Covid-19 saat ini menjadi tantangan bagi dunia pendidikan Indonesia, khususnya pendidikan formal, dalam upaya penguatan pendidikan karakter bangsa. Pembelajaran dominan tidak dilakukan dengan tatap muka sehingga menjadi tantangan guru dalam proses pendidikan karakter tersebut.
Di sisi lain, PJJ memberikan kesempatan bagi peserta didik dalam mempraktikkan nilai-nilai karakter yang baik di masyarakat dalam upaya keikutsertaan pencegahan dan penanggulangan Covid-19.
Penulis Sri Widati guru di SMAN I Cawas
Sumber:https://www.solopos.com/pjj-dan-sikap-peduli-1248748?utm_source=terkini_desktop