Dalam kehidupan masyarakat ada tradisi yang cukup menarik di Dukuh Tambak, Desa Sribit, Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Sragen. Tiap malam Jumat Wage, pekan pertama Bulan Sura, masyarakat sekitar berbondong-bondong ke tanah lapang pojok desa. Di hari itulah, tanah lapang yang biasanya sepi ini berubah menjadi pasar yang ramai bahkan hingga malam hari.
Pasar Tambak ini terbilang unik, karena hanya muncul satu kali dalam setahun. Barang-barang yang diperdagangkan di pasar ini cukup menarik, antara lain per alatan dapur, peternakan, dan pertanian. Mayoritas pedagangnya adalah penduduk Dukuh Tambak.
Para pedagang menempati los yang didirikan di sekeliling lokasi. Berbagai barang bias dijumpai di sana. Primadona bagi para pembeli adalah cambuk serta pan cang dari batang bambu yang biasa digunakan untuk memelihara ternak, dan dipercaya ter nak tersebut akan sehat dan punya keturunan banyak.
Asal-usul Pasar Tambak tidak lepas dari Bengawan Solo yang dipercaya warga pernah mengalir di sebelah desa mereka, di mana dulu ada pangeran yang singgah ke Dukuh Tambak karena kehabisan persediaan saat mengarungi Bengawan Solo. Tradisi ini terus dilakukan, terutama pada malam Jumat Wage di Bulan Sura.
Dukuh Tambak letaknya sangat strategis dan jumlah penduduk yang padat dengan bermacam-macam tradisi, di mana yang paling menonjol adalah tradisi Pasar Tambak. Tradisi ini turun temurun sejak dulu sam pai sekarang. Budaya tradisi Pasar Tambak sebagai inisiatif warga Dukuh untuk menguak ki sah desa tersebut yang diyakini sebagai lokasi penambatan perahu Jaka Tingkir.
Di Pasar Tambak, masyarakatnya adem ayem. Dagangan mereka boleh sama namun rezeki tiap orang tidak sama. Aktivitas jual beli di Pasar Tambak tidak melalui proses tawar menawar. Itulah yang menjadikan Pasar Tambak dikatakan unik dan menyenangkan dibandingkan pasar lainnya. Pasar Tambak berjalan secara alami di mana ada dorongan dari warga sekitar untuk meramaikannya. Mereka berbondong-bondong untuk meramaikan pasar tersebut dengan tetap menegakkan protokol kesehatan demi menjaga warga sekitar agar terhindar dari berbagai mcam penyakit.
Sulus Chusniati , Guru SMPN 1 Tanon, Sragen