Malam Jumat Wage di Terminal Pilangsari Sragen sering terjadi peristiwa aneh, penampakan yang sering dilihat oleh orang-orang di sekitar terminal.
Salah satunya kisah seorang sopir yang sudah beberapa hari tidak menjalankan angkotnya. Di malam hari, ia terpaksa menjalankan angkotnya di pos angkot Terminal Pilangsari Sragen Pada waktu malam Jumat Wage, ia sudah dinasihati temannya namun tidak dihiraukan. Malam itu ia nekat menjalankan ang kot nya. Setelah pukul 18.00 WIB, sopir yang bernama Jony tersebut nekat berangkat menuju Terminal Pilangsari bersama dengan anaknya.
Ditunggulah malam itu bus-bus jurusan Solo-Surabaya, Jogja-Surabaya, bus Sumber Selamat tidak kunjung masuk ke terminal. Dengan hati sabar hingga waktu larut malam ada pedagang warung hik malam yang berjualan minuman teh dan kopi di malam hari. Mereka pedagang warung hik yang mangkal setiap malam di Terminal Pilangsari Sragen.
Di malam itu suasana sepi. Jony dan anaknya menunggu di warung hik itu. Anak dan ayah minum kopi sambil menunggu kedatangan bus yang masuk ke terminal. Ditunggunya sampai pukul 23.00 WIB belum kunjung datang busnya
Malam kian larut, bel terminal berbunyi, thong, thong, thong, thong sampai dua belas kali. Berarti jam sudah menunjukkan pukul 24.00 WIB. Setelah pukul 24.00, sekitar 10 bus Sumber Selamat masuk dalam terminal.
Seakan bus masuk ke terminal berjalan dengan cepat. Setelah bus berhenti di terminal, diturunkannya satu penumpang perempuan cantik berambut panjang. Didatangi Jony, penumpang itu lalu ditanya mau ke mana.
“Mau ke mana Mbak? Ngojek angkot atau gimana, Mbak,” tanya Jony kepada penumpang perempuan itu sehingga terjadilah tawar menawar upah ongkos angkot yang akan mengantarkan ke tempat tujuan, menuju daerah Purwodadi yang jauh.
Sesampainya perjalanan di dalam hutan penumpangnya merintih minta tolong. Ucapan minta tolong dari penumpang itu semakin lama semakin keras. Sesekali, penumpang itu juga merintih-rintih.
Hati sopir terketuk dengan melihat ke arah suara jeritan tangis itu. Kemudian si sopir menolehkan pandangan matanya ke belakang penumpang tadi. Tidak tahunya ada kepala manusia yang tergeletak dan darah bertumpah di lantai mobil dengan bau prengus, dengan lidahnya yang panjang menjulur sampai di bawah dagunya.
Jony menjerit dengan ucapan Allahu akbar dengan keras dan berzikir subkhanaaallah, laa ilaaha illallah, laa ilaha illallah allahu akbar. Anaknya baru berumur empat tahun juga ikut berzikir Allahumaa bariklana fima razaktana wakinaa azabannar. Zikir anak yang bisanya hanya doa makan, yang baru diajarkan oleh guru ngajinya.
Perjalanan sepertinya masih jauh. Jalan yang rusak membuat mobilnya tidak bisa berjalan dengan kencang. Terdengar ucapan minta tolong lagi dari penumpang. Tolong, tolooooog, tolooong, mengalun semakin lama semakin keras, seakan ucapan itu dari arah kanan telinga Jony.
Jony ingat bahwa kaca jendela mobil dari arah kanan tadi lupa belum ditutup. Setelah ada jeritan tolong, tooolooong tolonnnng, dari arah kanan jendela. Saat menoleh ke kanan, kepala Jony tidak tahunya beradu pandangan dengan kepala manusia yang juga ikut menoleh kepadanya. Terus setengah sadar dengan mengucapkan Allahu akbar dengan keras, Jony tak henti-hentinya mengalunkan zikir dengan perasaan hati yang tidak menentu.
Perjalanan terus berlanjut dan belum ada niat hati untuk kembali belok arah pulang. Tak lama hujan turun rintikrintik. Langit mendung, kilat menyambar membuat suasana menjadi tercengang. Begitu ada cahaya kilat kemudian dibarengi dengan petir yang begitu keras. Setelah perjalanan yang lama dan hujan turun deras terdengarlah tangisan bayi seakan-akan bayi itu baru lahir dari kandungan ibunya.
Hal itu membuat suasana hati Jony tidak menentu lagi. Suara bayi di kanan kiri telinga begitu nyata seakan-akan bayi terbaring di depan kaca dengan kaki dan tangannya menendang-nendang.
Jony melihat anaknya sudah tidur di samping kursinya. Tidak ada yang dia ajak berbicara. Lagi-lagi suara tangisan bayi kecil terdengar lagi. Langit mendung, hujan turun lagi, petir menyambar. Di depan kaca mobil seakanakan ada orang tua wira-wiri berpakaian serbahitam. Entah mencari apa?
Setelah melihat keadaan seperti ini, hujan yang sebentar lagi reda menampakkan pemandangan kelap-kelip lampu di arah depan, tanda bukti bahwa di sana ada kehidupan. Setelah hujan mereda, suasana agak tenang. Jony menepi untuk berhenti di bawah lampu yang terang.
Karena perjalanan jauh, badannya tidak enak mungkin karena kelelahan. Dia sandarkan badannya di tiang di bawah lampu yang menyala terang. Karena kelelahan, badannya terbaring lemas. Anaknya menangis melihat keadaan Jony yang lemas letih itu. Kemudian datanglah seorang pria yang konon sedang mencari katak. Ia bertanya padanya, namun ia tidak bisa menjawabnya. Badan Jony makin lama makin lemas dan akhirnya dibawa ke puskesmas terdekat. Alhamdullilah badannya bisa sehat kembali.
Entah apa yang sebenarnya terjadi. Namun dari pengalaman itu, kupahami Terminal Pilangsari itu salah satu terminal induk di Sragen yang setiap malam sepi sekali. Jarang ada bus yang masuk ke terminal. Bahkan lampu-lampunya saja banyak yang tidak menyala. Saran saya, biar tidak terjadi hal-hal yang tak dinginkan, maka kalau Anda bepergian pada waktu malam jangan masuk ke Terminal Pilangsari Sragen. Cukup menunggu bus di pinggir jalan saja.
Surahman
Guru SMPN 1 Karangmalang Sragen