Tradisi ini terdapat di daerah Sambirejo, Kecamatan Plupuh, Kabupaten Sragen. Biasanya masyarakat daerah ter sebut apabila akan melaksanakan hajatan manten mempersiapkan diri dengan beberapa upacara kecil yang berkaitan dengan sesajen yang punya harapan bahwa dalam hajatan tersebut tidak menemui masalah lancar tanpa gangguan apa pun.
Sesajen manten ini biasanya akan dilaksanakan sehari sebelum hajatan dimulai dengan membuat takir yang terbuat dari daun pisang yang disemati lidi di kanan kiri. Isi takir yang disiapkan itu berisi telur ayam kampung, kembang setaman, serta uang recehan.
Sajen manten itu biasanya akan ditempatkan pada tempat tempat tertentu di mana di situ merupakan tempat yang dianggap keramat. Biasanya di perempatan jalan, di rumah yang memang ditempatkan meja sesaji untuk sesaji bagi arwah leluhur mereka. Biasanya yang menempatkan adalah seorang tetua yang biasa untuk melaksanakan ritual tersebut.
Upacara ini dilanjutkan ke esok harinya dengan upacara panggih manten. Biasanya sebelum upacara panggih pengantin laki laki akan diarak keliling kampung dan melewati perempatan jalan dan diiringi alat musik gong yang dipukul dan diikuti banyak orang.
Setelah upacara tersebut selesai maka akan dipertemukan antara pengantin laki laki dan perempuan yang dikenal dengan upacara panggih. Pengantin saling melempar sirih dan kemudian menginjak telur dan kemudian kaki pengantin laki laki dicuci oleh pengantin perempuan.
Kemudian mereka digendong menggunakan kain merah putih ke pelaminan oleh ayah pengantin perempuan. Masih di pelaminan, pengantin akan meminta doa yang dilakukan dengan sungkeman kepa da ayah ibu baik pengantin laki laki dan perempuan untuk meminta doa restu memulai lembaran hidup baru.
Sesajen manten ini dulu waktu penulis masih kecil masih tetap ada dan dilaksanakan tetapi seiring waktu ritual untuk ha jatan manten sudah tidak ada lagi. Ritual itu tidak ada ke mungkinan ada beberapa se bab di antaranya yang biasa me laksanakan ritual sudah me ninggal sehingga tidak ada pe nerusnya atau karena pemahaman masyarakat terhadap hal tersebut sudah hilang dan berkurang sehingga menjadi hi lang sama sekali.
Tanti Yosina
Guru SMPN 1 Plupuh, Sragen