Notice: Function _load_textdomain_just_in_time was called incorrectly. Translation loading for the learnpress domain was triggered too early. This is usually an indicator for some code in the plugin or theme running too early. Translations should be loaded at the init action or later. Please see Debugging in WordPress for more information. (This message was added in version 6.7.0.) in /home/institute/wp/wp-includes/functions.php on line 6114

Notice: Function _load_textdomain_just_in_time was called incorrectly. Translation loading for the learnpress domain was triggered too early. This is usually an indicator for some code in the plugin or theme running too early. Translations should be loaded at the init action or later. Please see Debugging in WordPress for more information. (This message was added in version 6.7.0.) in /home/institute/wp/wp-includes/functions.php on line 6114

Notice: Function _load_textdomain_just_in_time was called incorrectly. Translation loading for the thim-core domain was triggered too early. This is usually an indicator for some code in the plugin or theme running too early. Translations should be loaded at the init action or later. Please see Debugging in WordPress for more information. (This message was added in version 6.7.0.) in /home/institute/wp/wp-includes/functions.php on line 6114

Notice: Function _load_textdomain_just_in_time was called incorrectly. Translation loading for the woocommerce domain was triggered too early. This is usually an indicator for some code in the plugin or theme running too early. Translations should be loaded at the init action or later. Please see Debugging in WordPress for more information. (This message was added in version 6.7.0.) in /home/institute/wp/wp-includes/functions.php on line 6114
Kisah Andi, Siswaku yang Autis – Solopos Institute

Blog

Kisah Andi, Siswaku yang Autis

Andi adalah siswa autis yang selalu dirundung teman-temannya. Namun, Andi anak istimewa. Ia berhasil diterima di Teknik Nuklir UGM.

Literasi keberagaman

Solopos.com, SOLO—Hujan yang sangat lebat pada suatu sore membawa ingatan saya kembali pada periode lima tahun lalu. Ingatan itu tentang seorang siswa yang bernama Andi, siswa kelas XII MIPA.

Andi sering dirundung teman-temannya. Terkadang, ia hanya diam, tak membalas segala ejekan yang dia terima. Itu karena Andi memang ditakdirkan Tuhan menjadi anak istimewa.

Beberapa guru mata pelajaran menganggap Andi anak yang aneh, kurang merespons saat ditanya, wajahnya selalu menunduk, dan selalu diam. Andi tidak mau membaur dengan teman-teman sekelasnya.

Wali kelas menjelaskan prestasi belajar Andi, terutama pelajaran bahasa dan sosial ada di bawah rata-rata. Tulisan tangannya juga acak-acakan, seperti siswa kelas I SD. Waktu istirahat dia habiskan dengan duduk di dalam kelas tanpa ada teman yang menemani.

Sekolah menilai Andi adalah siswa yang memerlukan penanganan khusus. Pada akhirnya saya sebagai guru BK memanggil Andi. Secara fisik, Andi memang terlihat biasa-biasa saja. Tidak menampakkan keanehan. Namun, ia memang selalu menunduk dan tidak ingin beradu pandang dengan guru BK-nya.

Andi terus diam, tidak mengucapkan satu kata pun. Agar terlihat rileks, Andipun saya minta menggambar apa pun yang ia suka. Awalnya ia menolak dengan memberi isyarat gelengan kepala. Akhirnya dia mau menggambar setelah saya bujuk agar memenuhi keinginan saya.

Waktu itu, Andi menggambar manusia. Dengan rasa penasaran saya bertanya kepada Andi tentang manusia yang dia gambar. Andi menjawab manusia itu adalah ibunya.

Dari proses konseling tersebut, saya kurang mendapatkan informasi dari Andi mengenai apa yang terjadi pada dirinya dan keluarganya. Saya lantas memanggil ibu Andi ke sekolah untuk bertemu saya.

Ibunya sangat antusias menceritakan keadaan Andi dari sejak di dalam kandungan hingga saat ini. Saya menyimaknya. Ibu Andi ternyata pernah mengalami guncangan emosional hebat. Itu terjadi saat ibu Andi kehilangan sang ibu.

Ibu Andi kehilangan semangat, murung dan sedih sepanjang kehamilannya. Andi dilahirkan prematur delapan bulan akibat pendarahan yang hebat. Namun, nyawa Andi dan ibunya masih bisa ditolong.

Pertumbuhan dan perkembangan Andi lebih lambat dibandingkan dengan anak seusianya. Andi baru dapat berjalan pada usia tiga tahun sedangkan berbicara satu-dua kata pada usia enam tahun. Karena ibu Andi bekerja sebagai tenaga kesehatan, dia sangat paham bagaimana membuat buah hatinya dapat berkembang secara optimal.

Berbagai macam terapi telah ia jalani, dari okupasi terapi, fisioterapi untuk merangsang gerakan motorik kasar maupun halus, hingga terapi wicara untuk mengatasi keterlambatan berbicara. Berdasarkan diagnosis dokter spesialis tumbuh kembang anak, Andi menderita gangguan mental autisme.

Mengutip buku Veskarisyanti yang diterbitkan pada 2008 dengan judul Terapi Autis Paling Efektif dan Hemat untuk Autisme, Hiperaktif, dan Retardasi Mental, dalam bahasa Yunani ada kata autis, “Auto” berarti sendiri. Gejala itu ditunjukkan seseorang saat dia seperti memiliki dunianya sendiri.

Autisme kali pertama ditemukan Leo Kanner pada 1943. Kanner mendeskripsikan gangguan ini sebagai ketidakmampuan untuk berinteraksi dengan orang lain, gangguan berbahasa yang ditunjukkan dengan penguasaan bahasa yang tertunda, echolia, pembalikan kalimat, adanya aktivitas bermain repetitive dan stereotype, hingga rute ingatan yang kuat dan keinginan yang obsesif untuk mempertahankan keteraturan di dalam lingkungannya.

Menurut informasi ibunya, Andi juga pernah mendapatkan perundungan dari kakak kelasnya waktu ia sedang keluar kelas, tepatnya saat hendak Salat Zuhur berjamaah di masjid sekolah. Sepatu yang ia letakkan di luar masjid disembunyikan kakak kelasnya.

Ketika ia kebingungan mencari sepatunya, ada sekelompok anak laki-laki yang meledekinya. Karena Andi sendirian, ia akhirnya tidak berdaya dan tidak bisa berbuat apa-apa untuk melawan kenakalan kakak kelas yang menganggapnya aneh.

UGM

Cerita itu membuat sedih. Seseorang tidak bisa memilih terlahir seperti yang ia inginkan. Oleh karena itu, tidak sepantasnya anak yang berkebutuhan khusus diperlakukan tidak sepantasnya dan tidak mendapatkan hak yang sama.

Belakangan ini, banyak sekali kasus perundungan di masyarakat. Aksi ini cenderung dialami anak-anak sekolah, terutama anak yang autis atau anak berkebutuhan khusus. Kebanyakan korban tak mampu melawan ketika mendapat kekerasan dari si pelaku.

Perundungan adalah perilaku yang disengaja dan agresif, terjadi berulang dengan tujuan menyakiti seseorang secara fisik maupun mental. Melansir bullying.co.uk, perilaku bullying sering ditujukan kepada orang tertentu karena alasan ras, agama, jenis kelamin, orientasi seksual, penampilan, dan kondisi fisik seseorang yang berbeda. Perilaku bullying dapat dialami siapa saja dan kapan saja. Namun, kebanyakan terjadi pada anak-anak dan remaja.

Tindakan perundungan tentu berdampak kepada korban. Beberapa dampak jangka panjang maupun pendek akibat bullying, adalah rasa takut, stres, cemas, hingga depresi berlebihan yang dialami si korban. Akibat yang lain adalah timbul keinginan untuk bunuh diri atau melukai diri sendiri, rendahnya rasa percaya diri, merasa kesepian dan terisolasi dari lingkungan sekitar, serta masih banyak lagi.

Sejak kejadian si Andi, sekolah lantas menerapkan tata tertib sekolah tentang perundungan. Anak-anak yang melakukan perundungan dipanggil untuk mendapat pembinaan dan dikenai hukuman wajib lapor kegiatan setiap hari kepada guru BK.

Hukuman itu berlangsung selama satu semester. Mereka juga wajib menandatangani surat pernyataan sebagai kontrak perilaku. Dengan adanya tindakan tegas dari sekolah serta lingkungan ramah anak yang menghargai perbedaan dan segala keunikannya, tindakan perundungan harapannya dapat dicegah.

Setelah proses pendampingan secara intensif kepada Andi dan ibu Andi yang sangat perhatian akan masa depan anaknya, Andi dapat membuktikan bahwa autis bukanlah sebuah perbedaan, namun keistimewaan. Setelah pengumuman SBMPTN atau jalur ujian tulis, saya mendapatkan kabar dari ibunya bahwa Andi diterima di Teknik Nuklir Universitas Gadjah Mada (UGM).

Mendengar kabar yang menggembirakan itu, saya sebagai guru BK Andi sangat bahagia. Saya bangga kepada Andi yang mempunyai senjata nuklir untuk membuktikan dirinya bahwa dia anak yang hebat dan istimewa.

Nurul Arifianti

Penulis adalah guru di SMA Negeri 1 Sukoharjo