Perundungan terjadi di mana saja, termasuk di tempat kerja. Jangan hanya diam, saatnya melawan.
Lantas siapa pelaku bullying di tempat kerja ini? Jawabannya siapa saja seperti yang juga mengalaminya. Perundungan terjadi terhadap dan dilakukan siapa saja, bisa itu atasan, rekan kerja, teman sejawat, bahkan juga anak buah.
Namun, tindakan tak terpuji ini lebih umum dilakukan atasan kepada bawahannya dengan menyalahgunakan kekuasaan. Atasan sering menyinggung bawahannya ketika sedang briefing, misalnya, dengan menjadikan anak buahnya itu sebagai bahan lelucon.
Bahan perundungan juga bisa terkait tenggat yang salah atau arah yang tidak jelas, penolakan terus–menerus atas permintaan cuti tanpa alasan yang tepat atau sah, ancaman penghinaan, hingga pelecehan verbal lain. Perundungan bisa berbentuk pemantauan kinerja yang berlebihan dan kritik yang terlalu keras hingga tidak adil.
Yang harus diingat, bullying bisa berupa tindakan fisik maupun verbal. Dilihat dari relasi gender, bullying lebih banyak dilakukan pria sementara korbannya lebih banyak para wanita meski pada kasus-kasus tertentu yang terjadi sebaliknya.
Walaupun perundungan ini sudah banyak terjadi, hukuman atas tindakan ini belum tegas. Banyak pelaku yang masih bisa mempertahankan posisinya, misalnya posisi pelaku itu sebagai pimpinan, sementara yang menjadi korban adalah anak buahnya atau sebagai bawahan tidak bisa berbuat apa-apa.
Agar Anda semua menjadi lebih jelas mengenai bentuk perundungan di kantor, saya akan memberikan beberapa contoh. Nah, Apabila Anda mengalami salah satunya, itu artinya Anda sudah menjadi korban. Jelas saya tak berharap Anda menjadi pelakunya!
Sebagai contoh, ketika kita memasuki ruangan, teman-teman kerja tiba-tiba berhenti mengobrol atau justru keluar dari ruangan. Jadi, pada saat itu, kita tidak diajak mengobrol atau ikut acara tertentu. Ini adalah salah satu bentuk perundungan yang berupa pengucilan.
Contoh lain adalah saat atasan kita sering menyuruh tanpa alasan yang jelas. Jadi kita diminta mengerjakan tugas baru di luar tanggung jawab kita dan kita diminta melakukan pekerjaan yang sangat sulit tanpa pelatihan terlebih dulu. Yang menjadi persoalan, ketika kita tidak bisa mengerjakan, kita bakal dikritik habis-habisan. Akhir dari semua itu adalah semangat kerja kita menurun karena selalu diselimuti rasa takut.
Secara garis besar bullying terbagi menjadi lima jenis, yaitu verbal, pembalasan dendam, intimidasi, perusakan prestasi kerja, dan kelembagaan. Secara verbal, bullying bisa berupa lelucon, gosip, ejekan, penghinaan, atau penyalahgunaan lisan lainnya yang dapat menimbulkan rasa kecewa, sakit hati, tersinggung, atau lainnya bagi si korban.
Sebagai contoh, kita digosipkan melakukan tindakan yang tidak senonoh yang melanggar norma agama maupun masyarakat sehingga lingkungan di kantor kita mengucilkan dan meremehkan kita. Jenis yang kedua adalah pembalasan dendam. Ini tentunya tidak asing lagi bagi kita. Mungkin kita pernah berdebat dengan atasan kita di mana atasan kita lantas merasa lebih pandai daripada kita.
Saat kita berani menyudutkan atasan kita, atasab kemudian menganggap kita “berani” dengan sudut pandang salah sehingga kita dianggap melawan. Dengan demikian dia tidak segan-segan mengecam kita yang berani melawannya. Tidak menutup kemungkinan, atasan akan menolak promosi kita atau kepentingan yang sejenis.
Jangan Diam Saja
Bentuk ketiga adalah intimidasi. Intimidasi bisa berupa kritik, ancaman, dan pengucilan sosial di tempat kerja. Sebenarnya, tidak semua kritik atau pemantauan itu merupakan intimidasi. Misalnya, kritik yang objektif dan konstruktif yang terkait langsung dengan perilaku di tempat kerja atau kinerja pekerjaan tidak lantas dikategorikan sebagai intimidasi. Namun, kritik untuk mengintimidasi, mempermalukan, atau memilih seseorang tanpa alasan akan dianggap sebagai intimidasi.
Hal ini erat kaitannya dengan pembalasan dendam, baik itu antara atasan dengan bawahan atau antarteman sejawat. Ini terjadi karena kita dianggap melawan atasan sehingga kita kemudian dikucilkan dan tidak diajak dalam acara tertentu.
Selanjutnya adalah perusakan prestasi kerja. Perusakan prestasi kerja bisa terjadi karena pencurian terhadap hasil kerja kita. Jadi, yang terjadi adalah hasil kerja kita memang benar-benar dicuri dan diklaim sebagai karya orang lain.
Terakhir adalah kelembagaan. Bullying atau perundungan jenis ini terjadi ketika tempat kerja kita menerima dan mengizinkan terjadinya penindasan. Misalnya, target kerja yang tidak wajar, jam kerja yang berlebihan, atau memecat siapa saja yang dianggap melawan.
Setelah membahas mengenai bentuk perundungan, sekarang mari kita membahas tentang penyebab perundungan. Ada beberapa faktor yang memengaruhi, seperti kepemimpinan yang narsisme, kurangnya kontrol emosinal, dan desain pekerjaan yang bermasalah yang berkaitan degan budaya dan politik dalam organisasi.
Tindakan yang menyakiti orang lain atau perundungan ini tentu saja menimbulkan dampak. Secara spesifik, dampak bullying di tempat kerja adalah pengaruhnya pada kesehatan fisik maupun mental korban bullying. Korban perundungan yang selalu tertekan bakal rentan stres, panik, sulit tidur, hingga tekanan darah tinggi. Korban juga menjadi tidak percaya diri yang buntutnya menurunkan motivasi kerja hingga berakibat pada penurunan produktivitas kerja.
Apakah kita akan diam saja saat menjadi korban atau menyaksikan kejadian perundungan? Saya minta jangan. Ada banyak cara yang bisa kita lakukan untuk menghentikan praktik jahat ini. Salah satunya dengan membuat dokumentasi, seperti mencatat, memoto, atau merekam peristiwa perundungan secara lengkap untuk kemudian disimpan semua barang bukti.
Selanjutnya, Anda bisa melaporkan kepada pihak yang berwenang saat bukti yang Anda kumpulkan sudah cukup. Alternatif lain, menurut saya, ini bagus, yakni hadapi pelaku. Hadapi saja. Ajaklah berbicara dengan baik sehingga permasalahan bisa diselesaikan dengan baik. Jangan takut karena takut adalah salah satu penyebab munculnya perundungan.
Menceritakan masalah bullying ini kepada orang yang bisa dipercaya agar dia bisa membantu Anda menyelesaikan masalah itu juga bisa dipilih sebagai opsi. Dengan begitu akan banyak yang membantu Anda menghadapi si pem-bully. Sudah saatnya kita melawan perundungan yang dimulai dari diri kita dahulu.
Siti Nur Wahyuningsih
Penulis adalah guru di SMAN 4 Solo
Sumber : https://www.solopos.com/setop-perundungan-di-tempat-kerja-1238710?utm_source=terkini_desktop