Panci dan tutupnya adalah dua hal berbeda, sering bergesekan malah. Namun, kerja sama keduanya menghasilkan masakan lezat.
Solopos.com, SOLO—Panci dan tutupnya merupakan bagian penting dalam proses memasak. Dengan memanfaatkan keduanya, kita bisa memasak beraneka ragam masakan.
Pernahkah kita berpikir bahwa panci dan tutupnya itu tidak akan berguna maksimal apabila tidak saling bergesekan? Semua orang tahu benda yang sering kita temui di dapur ini selalu bersama-sama digunakan oleh pemiliknya meskipun sebenarnya mereka berbeda.
Adanya perbedaan di antara keduanya tidak menimbulkan sebuah masalah. Justru perbedaan itu membuat mereka bisa saling melengkapi meski harus sering bergesekan. Kerja sama antara kedua benda inilah yang menjadikan masakan menjadi enak. Hubungan dari panci dan tutupnya ini dapat dikatakan sebagai gambaran dari sebuah keberagaman.
Keberagaman merupakan suatu kata yang tidak asing di telinga kita. Apa sebenarnya keberagaman itu? Keberagaman menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berasal dari kata ragam yang berarti macam atau jenis. Keberagaman berarti banyak macam atau jenis dalam berbagai bidang. Dapat dikatakan keberagaman identik dengan perbedaan.
Di Indonesia, perbedaan dan keberagaman begitu tergambarkan bagaikan seni yang indah. Diberi kekayaan alam dan hayati, juga budaya yang melimpah, membuat kita bangun dengan sapaan keragaman setiap hari. Namun, apakah kita sudah yakin kalau kita sudah membuka mata atas keberagaman itu? Atau justru kita masih sering mempunyai pemikiran yang salah mengenai perbedaan?
“Perbedaan itu rumit.”
“Perbedaan itu merusak.”
Pemikiran-pemikiran yang demikian itulah yang terkadang menenggelamkan kita ke dalam pola pikir salah. Pemikiran ini sangat berdampak dalam kehidupan kita sehari-hari sehingga memengaruhi aktivitas dan sikap kita terhadap orang lain. Sebagai contoh kita tidak akan merasa nyaman di lingkungan yang tidak sama dengan kita. Namun, itu sebenarnya salah bukan? Tidak mungkin kita menahan diri dan hanya bertemu dengan orang-orang yang sama, sementara kita tahu di sekitar kita banyak sekali perbedaan dan keberagaman. Lantas, bagaimana kita seharusnya bersikap?
Mari kita identifikasi terlebih dahulu sisi positif keberagaman. Banyak orang yang mungkin tidak menyadari apa sisi positif dari perbedaan. Pertama, tentu kita akan belajar saling menghargai satu sama lain agar bisa tetap dapat hidup di tengah perbedaan. Yang kedua ialah saling melengkapi. Contoh kecil untuk anak SMA adalah ketika satu orang pintar bahasa Indonesia dan yang lain pintar Matematika maka di antara mereka akan terjalin hubungan yang saling membutuhkan untuk mengajari satu sama lain.
Ketiga, tali pertemanan secara sadar atau tidak akan semakin erat karena perbedaan tersebut. Keempat, perbedaan itu indah. Ketika satu hubungan pertemanan itu berhasil di tengah perbedaan, orang lain juga akan bertanya-tanya bagaimana itu bisa terjadi dan mencobanya ke orang lain yang berbeda. Dengan cara tersebut, semakin banyak orang yang memaknai perbedaan dengan baik.
Namun, di saat ada sisi positif, kita juga tidak bisa lari dari sisi negatif. Pertengkaran, konflik, bahkan tumbuhnya suatu stereotipe buruk di suatu kelompok bisa saja muncul. Itu tidak bisa kita hindari dan hentikan memang, tetapi kita dapat mencegahnya dengan selalu menurunkan ego. Cekcok bisa diganti dengan diskusi.
Dampak negatif lain adalah sulitnya mempersatukan perbedaan itu. Jadi, sebenarnya kondisi tersebut menjadi sebuah tantangan di setiap keberagaman. Dampak negatif ini memang selalu ada. Maka, kita perlu tahu bagaimana cara mengatasi dan menyikapinya. Pertama, yang perlu ditanamkan dalam pola pikir kita adalah jangan menganggap keberagaman ini merusak sebuah hubungan. Sebaliknya, tanamkan bahwa perbedaan atau keberagaman adalah sebuah tali yang dapat memperkuat sebuah hubungan.
Kedua, turunkan emosi dan ego ketika sedang berhadapan dengan perbedaan. Ketiga, jangan merasa kelompok/orang lain itu lebih rendah daripada kita. Keempat, mulailah mendekati perbedaan. Dengan menerapkan hal-hal tersebut, kita akan dimudahkan dalam setiap jalan dan relasi, seperti pertemanan, pekerjaan, sekolah, dan lain-lain.
Keberagaman memang tidak sesederhana itu, tetapi bisa kita sederhanakan. Yang harus kita pahami bahwa saat ada perbedaan maka keberagaman itu juga ada. Tidak juga melulu mengenai ras dan agama, tetapi hal-hal kecil, bahkan perbedaan pendapat juga masih bisa disebut keberagaman. Dalam ilmu IPA, keberagaman itu juga termasuk keberagaman hayati yang berhubungan dengan alam di sekitar kita.
Manusia yang diciptakan dengan akal budi, sudah selayaknya paham dan sadar arti penting keberagaman itu. Keberagaman tidak boleh dianggap remeh dan hal yang kecil walaupun memang bisa disederhanakan. Kita yang hidup di tengah keberagaman, mau tidak mau harus selalu menggesekkan diri untuk beradaptasi di tengah lingkungan.
Tidak Nyaman
Bergesekan memang hal yang sedikit berisiko. Ketika sudah terlalu lama bergesekan, benda cenderung menjadi panas bahkan menimbulkan percikan api. Banyak sekali dalam kehidupan kita ini, terjadi percikan-percikan konflik yang merusak hubungan antarkelompok dan golongan. Akan tetapi, apakah selamanya kita harus hidup dengan percikan konflik itu?
Panci dan tutupnya adalah sebuah gambaran yang diajarkan ayah agar saya memahami keberagaman atau perbedaan. Sebagaimana kita yakini, manusia itu beragam, diciptakan berbeda-beda. Ada yang menggemari Korea, ada yang menggemari Jepang, ada juga yang menggemari artis barat. Tak hanya perbedaan dalam hal kegemaran, perbedaan agama, ras, suku, dan bahkan pendapat pun banyak ditemui.
Kita ibaratkan perbedaan-perbedaan itu seperti nasi, makanan sehari-hari orang Indonesia. Di tengah perbedaan itu, banyak memang yang bergesekan. Entah itu konflik, perbedaan pendapat, tidak bisa bersatu, dan lain-lain. Mari kita gambarkan hidup atau cerita kita itu seperti masakan di dalam panci. Dengan panas saja, apakah masakan itu bisa matang sempurna tanpa ditutup? Matang bisa, namun apakah dapat menjadi lebih enak dibandingkan dengan masakan yang dimasak di panci tertutup?
Ini yang dimaksud dengan ungkapan panci dan tutupnya tidak sama. Sangat berbeda malah. Tetapi, keduanya bisa melengkapi dan menghasilkan masakan yang begitu enak untuk dinikmati. Tentu bukan hal mudah. Perlu gesekan agar panci tersebut tertutup sempurna.
Keberagaman memang terkadang membuat tidak nyaman. Kita ingin sesuatu yang sama untuk berbagi pendapat atau hanya sekadar mengobrol.
Ini bukan tentang pasangan saja, tetapi juga di lingkup pertemanan. Kita terkadang bertengkar dengan teman sendiri yang mungkin karena perbedaan keinginan. Namun, apakah setelah itu akan bertengkar terus-menerus? Tidak kan?
Pasti tidak sampai satu hari, kita sudah berbaikan dengan kawan itu. Mungkin ada juga beberapa teman kita yang keras kepala, sulit dihadapi dan disadarkan. Itulah sebenarnya tugas kita sebagai manusia yang diberi akal budi, mengingatkan kepada mereka agar selalu rendah hati dan menurunkan ego masing-masing.
Tujuannya menciptakan relasi yang baik. Sedikit banyak, kita pun akan berkorban. Entah itu pikiran, waktu, atau tenaga. Itulah perbedaan. Dari perbedaan kita akan banyak belajar mengenai upaya menghargai orang lain. Mengalah dan tidak menjadi egois juga merupakan kunci keberhasilan hidup di tengah keberagaman.
Pada intinya, kita tidak akan hidup berjauhan dan selalu akan berdampingan dengan keberagaman. Jangan berusaha lari dari keberagaman, tetapi peluklah keberagaman itu dengan sikap saling menghormati dan menghargai agar benar-benar menjadi indah di kemudian hari.
Editor : Ayu Prawitasari
Penulis: Olianda Ivanna
Siswa SMAN 3 Solo
Juara II Lomba Esai
Sumber : https://www.solopos.com/kerja-sama-panci-dan-tutupnya-1306322?utm_source=terkini_desktop.