Notice: Function _load_textdomain_just_in_time was called incorrectly. Translation loading for the learnpress domain was triggered too early. This is usually an indicator for some code in the plugin or theme running too early. Translations should be loaded at the init action or later. Please see Debugging in WordPress for more information. (This message was added in version 6.7.0.) in /home/institute/wp/wp-includes/functions.php on line 6114

Notice: Function _load_textdomain_just_in_time was called incorrectly. Translation loading for the learnpress domain was triggered too early. This is usually an indicator for some code in the plugin or theme running too early. Translations should be loaded at the init action or later. Please see Debugging in WordPress for more information. (This message was added in version 6.7.0.) in /home/institute/wp/wp-includes/functions.php on line 6114

Notice: Function _load_textdomain_just_in_time was called incorrectly. Translation loading for the thim-core domain was triggered too early. This is usually an indicator for some code in the plugin or theme running too early. Translations should be loaded at the init action or later. Please see Debugging in WordPress for more information. (This message was added in version 6.7.0.) in /home/institute/wp/wp-includes/functions.php on line 6114

Notice: Function _load_textdomain_just_in_time was called incorrectly. Translation loading for the woocommerce domain was triggered too early. This is usually an indicator for some code in the plugin or theme running too early. Translations should be loaded at the init action or later. Please see Debugging in WordPress for more information. (This message was added in version 6.7.0.) in /home/institute/wp/wp-includes/functions.php on line 6114
Debat dan Keberagaman – Solopos Institute

Blog

Debat dan Keberagaman

Mengajar bahasa Inggris melalui metode debat memberikan banyak manfaat, keberanian sekaligus kemampuan siswa menghargai perbedaan.

Saya adalah seorang guru bahasa Inggris di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Pengalaman mendidik siswa ini sudah hampir 17 tahun. Ada banyak hal menarik, terutama dalam menghadapi karakteristik peserta didik. Perbedaan latar belakang membuat saya harus lebih memahami anak didik saya satu per satu.

Ini yang membuat saya lebih senang untuk menyampaikan keberagaman kepada mereka. Dalam pembelajaran bahasa Inggris, contohnya, banyak sekali siswa yang masih kurang aktif dalam materi keterampilan speaking (berbicara). Mereka merasa kurang percaya diri dalam menyampaikan pendapat, terutama dalam berdiskusi materi debat yang menggunakan bahasa Inggris.

Permasalahan tersebut membuat saya sebagai guru lebih berinovasi dalam pembelajaran. Metode dan pendekatan yang saya pilih adalah dengan berdiskusi melalui debat bahasa Inggris antarkelompok. Proses pembelajaran ini saya buat sangat menarik.

Siswa dibagi dalam lima kelompok di mana masing– masing kelompok terdiri atas enam siswa. Selajutnya, saya memberikan tema debat, yaitu mengenai emansipasi wanita dalam memperoleh hak pendidikan. Ada yang pro (afirmative) atau mendukung dan ada pula yang kontra (negative) atau oposisi.

Masing–masing kelompok harus memberikan argumentasi atau alasan untuk mempertahankan pendapat dengan memberikan bukti (fakta) dan contoh yang mereka anggap tepat. Pembelajaran yang menekankan pada aspek saling menghargai pendapat kelompok lain ini saya kira sangat tepat.

Semua siswa harus kompak dalam menyampaikan ide dan gagasan secara santun walaupun berbeda pandangan. Toleransi antarkelompok harus menjadi kunci utama supaya siswa mampu berpikir dengan jernih.

Dalam pembelajaran ini tidak ada kata benar dan salah, yang ada hanya kebebasan memilih dari suatu fakta dan argumentasi. Perbedaan pendapat dalam kelompok adalah hal yang wajar. Pelajaran yang diambil dari berdiskusi dan berdebat adalah mencerminkan pengamalan sila keempat dari Pancasila.
Butir-butir yang merupakan cerminan dari kehidupan sehari-hari, yaitu musyawarah untuk mufakat. Penerapan dalam pembelajaran, terutama dalam bahasa Inggris dan lebih khusus lagi melalui debat sangat tepat.

Siswa dapat melatih dalam kemampuan berbahasa Inggris sehingga memiliki keterampilan berkomunikasi. Nilai-nilai dari pembentukan karakter siswa akan muncul, terutama saling menghargai perbedaan pendapat antarsiswa. Berpikir kritis juga muncul, terutama dalam menghadapi suatu masalah dengan menemukan problem solving (pemecahan masalah).

Hasil pembelajaran melalui debat bahasa Inggris (English Debate) menghasilkan 4C, yaitu (1) critical thinking atau berpikir kritis yang maknanya siswa berpikir kritis melalui suatu analisis permasalahan, (2) colaborative atau kerja sama yang maknanya siswa mampu bekerja sama antarsiswa dalam memecahkan masalah, (3) creative atau menciptakan ide baru yang maknanya siswa dapat berkreasi dalam membuat ide baru, dan (4) communicative atau berkomunikasi yang bermakna siswa mampu berkomunikasi dalam menyampaikan suatu pendapat dan mempu menyampaikan pesan dalam beriteraksi atau pergaulan.

Dari temuan dan kesimpulan tersebut pembelajaran bahasa Inggris melalui media debat memberikan hasil yang bermakna yang positif. Para siswa dapat melatih dari segi keterampilan berbahasa dan menumbuhkan sikap saling menghargai pendapat yang berbeda sehingga berbeda suatu pandangan itu keren.
Maknanya dalam kehidupan bisa diterapkan dengan berpedoman menghargai keanekaragaman.

Perbedaan jangan menjadikan perpecahan, tetapi suatu anugerah yang harus disyukuri atas pemberian Tuhan. Perdamaian dan keserasian dalam kehidupan harus kita jaga dengan tetap menjaga persatuan dan kesatuan antarsesama walaupun berbeda bahasa, suku, maupun bangsa.

Penulis: Sardiyanto
Penulis adalah guru SMKN Ngargoyoso
Editor :Ayu Prawitasari

Sumber: https://www.solopos.com/debat-dan-keberagaman-1301024?utm_source=terkini_desktop.