Anggota keluarga besar saya memeluk agama yang beragam. Kami saling membantu dalam hal apa saja, termasuk saat perayaan agama.
Solopos.com, SOLO—Indonesia adalah negara kesatuan yang memiliki beraneka ragam bahasa, budaya, agama, ras, dan masih banyak lagi lainnya. Meskipun begitu, keberagaman itu tidak menghalangi bagi kita untuk tetap kompak menjadi satu.
Sesuai dengan semboyan negara kita, Bhinneka Tunggal Ika, meskipun berbeda, tetapi tetap satu juga. Keluarga kami, khususnya yang masih kental menjunjung tinggi rasa persatuan dan kesatuan, adalah contohnya. Dalam keluarga kami, tidak hanya terdapat satu keyakinan, namun kami terdiri atas beberapa keyakinan.
Marto Ikun adalah sebutan keluarga kami. Bagi saya, nama itu bukan sekadar nama. Saya merasa bangga menjadi bagian dari keluarga ini. Membicarakan perbedaan tentu saja banyak sekali dalam keluarga ini. Dari perbedaan pendapat, perbedaan watak, hingga perbedaan keyakinan.
Rasa peduli, perhatian, dan mengayomi, semua itu saya dapatkan di keluarga ini. Perbedaan-perbedaan itulah yang justru membentuk keluarga ini menjadi keluarga yang luar biasa.
Dilahirkan dari orang tua beragama Islam, Bulan Ramadan menjadi bulan yang dinanti-nanti semua yang beragama Islam dalam keluarga kami. Tenggang rasa tinggi sangat tercermin dalam kehidupan kami. Kami saling menghormati saudara yang berpuasa, saling memberi, dan saling memaafkan ketika Hari Raya Idulfitri. Tidak berhenti saat hari Raya Idulfitri saja, saat hari Natal tiba, meskipun berbeda keyakinan, kami saling tenggang rasa dan bergotong royong dalam menyambut acara Natal.
Sesuai Undang-undang No. 24/2009, Pasal 1 ayat (3), lambang negara NKRI adalah Garuda Pancasila dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika. Kita adalah manusia biasa yang hidup di negara Pancasila dengan diatur melalui UUD 1945.
Kerukunan dalam keragaman beragama sangatlah penting dalam pencapaian kesejahteraan warga negara Indonesia. Bebas memilih keyakinan telah dijamin dalam UUD 1945 Pasal 29 yaitu negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa dan negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing, serta beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu.
Pentingnya tenggang rasa dan toleransi antarumat beragama sangatlah penting bagi bangsa Indonesia yang kaya akan perbedaan. Jangan sampai Indonesia sangat mudah terpecah belah yang mengakibatkan bangsa ini terjajah oleh negara sendiri.
Perpecahan warga Indonesia akan menimbulkan banyak konflik dan kerugian bagi bangsa dan negara ini. Sikap tenggang rasa dan toleransi tinggi inilah menjadi alat pemersatu bangsa dan negara Indonesia untuk terwujudnya cita-cita bersama Indonesia.
Nofita Endah Haryanti
Penulis adalah guru di SMKN Ngargoyoso
Editor: Ayu Prawitasari
Sumber : https://www.solopos.com/meski-berbeda-tujuan-kita-sama-1298142?utm_source=terkini_desktop.